| A general view of the city skyline of Jakarta, the capital city of Indonesia, August 5, 2021. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana/ File Photo Purchase |
Lonjakan ini terutama ditopang oleh kenaikan investasi (PMTB) sebesar 6,77 persen, dan konsumsi rumah tangga yang masih bertahan di level tinggi meski ada tekanan inflasi dan suku bunga.
Namun, di balik capaian itu, sejumlah pengusaha dan pelaku usaha memperingatkan bahwa pertumbuhan ini belum dirasakan nyata oleh sektor riil.
“Saat ini kami tidak sedang berkembang, kami hanya bertahan hidup,” ujar seorang pelaku usaha dari asosiasi industri tekstil dalam laporan Financial Times.
Sementara itu, Apindo juga menilai pertumbuhan ini perlu dikaji ulang dari sisi distribusi manfaat dan keberlanjutan, terutama karena beberapa indikator menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur, stagnasi ekspor, serta penurunan arus investasi asing langsung (FDI).
📊 Apa yang Mendorong Lonjakan Ini?
- Investasi (PMTB): +6,77% YoY
- Konsumsi rumah tangga: Naik meskipun tekanan harga masih membayangi
- Kinerja sektor informasi, komunikasi, dan konstruksi turut menopang pertumbuhan
Di sisi lain, konsumsi pemerintah masih relatif lemah karena efisiensi anggaran dan tertundanya penyaluran beberapa program sosial seperti bantuan tunai dan makan gratis.
🔍 Apakah Ini Pertanda Pemulihan Nyata?
Pertumbuhan ekonomi ini menjadi harapan baru pasca pandemi dan gejolak global. Namun, tanpa dukungan dari sektor riil dan kebijakan fiskal yang agresif, angka pertumbuhan ini dikhawatirkan tidak mencerminkan perbaikan kualitas hidup masyarakat.
"Angka bagus belum tentu mencerminkan realitas lapangan. Banyak sektor UKM yang belum sepenuhnya pulih," ujar analis ekonomi dari INDEF.
📎 Referensi:
Reuters – Indonesia’s Q2 GDP Beats Expectations with Fastest Growth in Two Years
Financial Times – Indonesian Businesses Raise Alarm Despite GDP Growth
Posting Komentar